Didalam cerita pewayangan, Semar adalah putra Sang Hyang Wisesa, ia diberi anugerah mustika manik astagina, yang mempunyai 8 daya, yaitu: 1. tidak pernah lapar 2. tidak pernah mengantuk 3. tidak pernah jatuh cinta 4. tidak pernah bersedih 5. tidak pernah merasa capek 6. tidak pernah menderita sakit 7. tidak pernah kepanasan
MAYA adalah sebuah cahaya hitam. Cahaya hitam tersebut untuk menyamarkan segala sesuatu. Yang ada itu sesungguhnya tidak ada. Yang sesungguhnya ada, ternyata bukan. Yang bukan dikira iya. Yang wanter bersemangat hatinya, hilang kewanterane semangatnya, sebab takut kalau keliru. Maya, atau Ismaya, cahaya hitam, juga disebut SEMAR artinya tersamar, atau tidak jelas. Di dalam cerita pewayangan, Semar adalah putra Sang Hyang Wisesa, ia diberi anugerah mustika manik astagina, yang mempunyai 8 daya, yaitu 1. tidak pernah lapar 2. tidak pernah mengantuk 3. tidak pernah jatuh cinta 4. tidak pernah bersedih 5. tidak pernah merasa capek 6. tidak pernah menderita sakit 7. tidak pernah kepanasan 8. tidak pernah kedinginan kedelapan daya tersebut diikat pada rambut yang ada di ubun-ubun atau kuncung. Semar atau Ismaya, diberi beberapa gelar yaitu; Batara Semar, Batara Ismaya, Batara Iswara, Batara Samara, Sanghyang Jagad Wungku, Sanghyang Jatiwasesa, Sanghyang Suryakanta. Ia diperintahkan untuk menguasai alam Sunyaruri, atau alam kosong, tidak diperkenankan menguasi manusia di alam dunia. Di alam Sunyaruri, Batara Semar dijodohkan dengan Dewi Sanggani putri dari Sanghyang Hening. Dari hasil perkawinan mereka, lahirlah sepuluh anak, yaitu Batara Wungkuam atau Sanghyang Bongkokan, Batara Siwah, Batara Wrahaspati, Batara Yamadipati, Batara Surya, Batara Candra, Batara Kwera, Batara Tamburu, Batara Kamajaya dan Dewi Sarmanasiti. Anak sulung yang bernama Batara Wungkuam atau Sanghyang Bongkokan mempunyai anak cebol, ipel-ipel dan berkulit hitam. Anak tersebut diberi nama Semarasanta dan diperintahkan turun di dunia, tinggal di padepokan Pujangkara. Semarasanta ditugaskan mengabdi kepada Resi Kanumanasa di Pertapaan Saptaarga. Dikisahkan Munculnya Semarasanta di Pertapaan Saptaarga, diawali ketika Semarasanta dikejar oleh dua harimau, ia lari sampai ke Saptaarga dan ditolong oleh Resi Kanumanasa. Ke dua Harimau tersebut diruwat oleh Sang Resi dan ke duanya berubah menjadi bidadari yang cantik jelita. Yang tua bernama Dewi Kanestren dan yang muda bernama Dewi Retnawati. Dewi Kanestren diperistri oleh Semarasanta dan Dewi Retnawati menjadi istri Resi Kanumanasa. Mulai saat itu Semarasanta mengabdi di Saptaarga dan diberi sebutan Janggan Semarsanta. Sebagai Pamong atau abdi, Janggan Semarasanta sangat setia kepada Bendara tuannya. Ia selalu menganjurkan untuk menjalani laku prihatin dengan berpantang, berdoa, mengurangi tidur dan bertapa, agar mencapai kemuliaan. Banyak saran dan petuah hidup yang mengarah pada keutamaan dibisikan oleh tokoh ini. Sehingga hanya para Resi, Pendeta atau pun Ksatria yang kuat menjalani laku prihatin, mempunyai semangat pantang menyerah, rendah hati dan berperilaku mulia, yang kuat di emong oleh Janggan Semarasanta. Dapat dikatakan bahwa Janggan Semarasanta merupakan rahmat yang tersembunyi. Siapa pun juga yang diikutinya, hidupnya akan mencapai puncak kesuksesan yang membawa kebahagiaqan abadi lahir batin. Dalam catatan kisah pewayangan, ada tujuh orang yang kuat di emong oleh Janggan Semarasanta, yaitu; Resi Manumanasa sampai enam keturunannya, Sakri, Sekutrem, Palasara, Abiyasa, Pandudewanata dan sampai Arjuna. Jika sedang marah kepada para Dewa, Janggan Semarasanta katitisan oleh eyangnya yaitu Batara Semar. Jika dilihat secara fisik, Semarasanta adalah seorang manusia cebol jelek dan hitam, namun sesungguhnya yang ada dibalik itu ia adalah pribadi dewa yang bernama Batara Semar atau Batara Ismaya. Karena Batara Semar tidak diperbolehkan menguasai langsung alam dunia, maka ia memakai wadag Janggan Semarasanta sebagai media manitis tinggal dan menyatu, sehingga akhirnya nama Semarasanta jarang disebut, ia lebih dikenal dengan nama Semar. Seperti telah ditulis di atas, Semar atau Ismaya adalah penggambaran sesuatau yang tidak jelas tersamar. Yang ada itu adalah Semarasanta, tetapi sesungguhnya Semarasanta tidak ada. Yang sesungguhnya ada adalah Batara Semar, namun ia bukan Batara Semar, ia adalah manusia berbadan cebol,berkulit hitam yang bernama Semarasanta. Memang benar, ia adalah Semarasanta, tetapi yang diperbuat bukan semata-mata perbuatan Semarasanta. Jika sangat yakin bahwa ia Semarasanta, tiba-tiba berubah keyakinan bahwa ia adalah Batara Semar, dan akhirnya tidak yakin, karena takut keliru. Itulah sesuatu yang belum jelas, masih diSAMARkan, yang digambarkan pada seorang tokoh Semar. SEMAR adalah sebuah misteri, rahasia Sang Pencipta. Rahasia tersebut akan disembunyikan kepada orang-orang yang egois, tamak, iri dengki, congkak dan tinggi hati, namun dibuka bagi orang-orang yang sabar, tulus, luhur budi dan rendah hati. Dan orang yang di anugerahi Sang Rahasia, atau SEMAR, hidupnya akan berhasil ke puncak kebahagiaan dan kemuliaan nan abadi. herjaka =============== Wikipedia Kyai Lurah Semar Badranaya adalah nama tokoh panakawan paling utama dalam pewayangan Jawa dan Sunda. Tokoh ini dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para kesatria dalam pementasan kisah-kisah Mahabharata dan Ramayana. Tentu saja nama Semar tidak ditemukan dalam naskah asli kedua wiracarita tersebut yang berbahasa Sanskerta, karena tokoh ini merupakan asli ciptaan pujangga Jawa. Sejarah Semar Menurut sejarawan Prof. Dr. Slamet Muljana, tokoh Semar pertama kali ditemukan dalam karya sastra zaman Kerajaan Majapahit berjudul Sudamala[rujukan?]. Selain dalam bentuk kakawin, kisah Sudamala juga dipahat sebagai relief dalam Candi Sukuh yang berangka tahun 1439[rujukan?]. Semar dikisahkan sebagai abdi atau hamba tokoh utama cerita tersebut, yaitu Sahadewa dari keluarga Pandawa. Tentu saja peran Semar tidak hanya sebagai pengikut saja, melainkan juga sebagai pelontar humor untuk mencairkan suasana yang tegang. Pada zaman berikutnya, ketika kerajaan-kerajaan Islam berkembang di Pulau Jawa, pewayangan pun dipergunakan sebagai salah satu media dakwah. Kisah-kisah yang dipentaskan masih seputar Mahabharata yang saat itu sudah melekat kuat dalam memori masyarakat Jawa. Salah satu ulama yang terkenal sebagai ahli budaya, misalnya Sunan Kalijaga. Dalam pementasan wayang, tokoh Semar masih tetap dipertahankan keberadaannya, bahkan peran aktifnya lebih banyak daripada dalam kisah Sudamala. Dalam perkembangan selanjutnya, derajat Semar semakin meningkat lagi. Para pujangga Jawa dalam karya-karya sastra mereka mengisahkan Semar bukan sekadar rakyat jelata biasa, melaikan penjelmaan Batara Ismaya, kakak dari Batara Guru, raja para dewa. Asal-Usul dan Kelahiran Terdapat beberapa versi tentang kelahiran atau asal-usul Semar. Namun semuanya menyebut tokoh ini sebagai penjelmaan dewa[rujukan?]. Dalam naskah Serat Kanda dikisahkan, penguasa kahyangan bernama Sanghyang Nurrasa memiliki dua orang putra bernama Sanghyang Tunggal dan Sanghyang Wenang. Karena Sanghyang Tunggal berwajah jelek, maka takhta kahyangan pun diwariskan kepada Sanghyang Wenang. Dari Sanghyang Wenang kemudian diwariskan kepada putranya yang bernama Batara Guru. Sanghyang Tunggal kemudian menjadi pengasuh para kesatria keturunan Batara Guru, dengan nama Semar. Dalam naskah Paramayoga dikisahkan, Sanghyang Tunggal adalah anak dari Sanghyang Wenang. Sanghyang Tunggal kemudian menikah dengan Dewi Rakti, seorang putri raja jin kepiting bernama Sanghyang Yuyut. Dari perkawinan itu lahir sebutir mustika berwujud telur yang kemudian berubah menjadi dua orang pria. Keduanya masing-masing diberi nama Ismaya untuk yang berkulit hitam, dan Manikmaya untuk yang berkulit putih. Ismaya merasa rendah diri sehingga membuat Sanghyang Tunggal kurang berkenan. Takhta kahyangan pun diwariskan kepada Manikmaya, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Ismaya hanya diberi kedudukan sebagai penguasa alam Sunyaruri, atau tempat tinggal golongan makhluk halus. Putra sulung Ismaya yang bernama Batara Wungkuham memiliki anak berbadan bulat bernama Janggan Smarasanta, atau disingkat Semar. Ia menjadi pengasuh keturunan Batara Guru yang bernama Resi Manumanasa dan berlanjut sampai ke anak-cucunya. Dalam keadaan istimewa, Ismaya dapat merasuki Semar sehingga Semar pun menjadi sosok yang sangat ditakuti, bahkan oleh para dewa sekalipun. Jadi menurut versi ini, Semar adalah cucu dari Ismaya. Dalam naskah Purwakanda dikisahkan, Sanghyang Tunggal memiliki empat orang putra bernama Batara Puguh, Batara Punggung, Batara Manan, dan Batara Samba. Suatu hari terdengar kabar bahwa takhta kahyangan akan diwariskan kepada Samba. Hal ini membuat ketiga kakaknya merasa iri. Samba pun diculik dan disiksa hendak dibunuh. Namun perbuatan tersebut diketahui oleh ayah mereka. Sanghyang Tunggal pun mengutuk ketiga putranya tersebut menjadi buruk rupa. Puguh berganti nama menjadi Togog sedangkan Punggung menjadi Semar. Keduanya diturunkan ke dunia sebagai pengasuh keturunan Samba, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Manan mendapat pengampunan karena dirinya hanya ikut-ikutan saja. Manan kemudian bergelar Batara Narada dan diangkat sebagai penasihat Batara Guru. Dalam naskah Purwacarita dikisahkan, Sanghyang Tunggal menikah dengan Dewi Rekatawati putra Sanghyang Rekatatama. Dari perkawinan itu lahir sebutir telur yang bercahaya. Sanghyang Tunggal dengan perasaan kesal membanting telur itu sehingga pecah menjadi tiga bagian, yaitu cangkang, putih, dan kuning telur. Ketiganya masing-masing menjelma menjadi laki-laki. Yang berasal dari cangkang diberi nama Antaga, yang berasal dari putih telur diberi nama Ismaya, sedangkan yang berasal dari kuningnya diberi nama Manikmaya. Pada suatu hari Antaga dan Ismaya berselisih karena masing-masing ingin menjadi pewaris takhta kahyangan. Keduanya pun mengadakan perlombaan menelan gunung. Antaga berusaha melahap gunung tersebut dengan sekali telan namun justru mengalami kecelakaan. Mulutnya robek dan matanya melebar. Ismaya menggunakan cara lain, yaitu dengan memakan gunung tersebut sedikit demi sedikit. Setelah melewati bebarpa hari seluruh bagian gunung pun berpindah ke dalam tubuh Ismaya, namun tidak berhasil ia keluarkan. Akibatnya sejak saat itu Ismaya pun bertubuh bulat. Sanghyang Tunggal murka mengetahui ambisi dan keserakahan kedua putranya itu. Mereka pun dihukum menjadi pengasuh keturunan Manikmaya, yang kemudian diangkat sebagai raja kahyangan, bergelar Batara Guru. Antaga dan Ismaya pun turun ke dunia. Masing-masing memakai nama Togog dan Semar. Silsilah dan Keluarga Dalam pewayangan dikisahkan, Batara Ismaya sewaktu masih di kahyangan sempat dijodohkan dengan sepupunya yang bernama Dewi Senggani. Dari perkawinan itu lahir sepuluh orang anak, yaitu • Batara Wungkuham • Batara Surya • Batara Candra • Batara Tamburu • Batara Siwah • Batara Kuwera • Batara Yamadipati • Batara Kamajaya • Batara Mahyanti • Batari Darmanastiti Semar sebagai penjelmaan Ismaya mengabdi untuk pertama kali kepada Resi Manumanasa, leluhur para Pandawa. Pada suatu hari Semar diserang dua ekor harimau berwarna merah dan putih. Manumanasa memanah keduanya sehingga berubah ke wujud asli, yaitu sepasang bidadari bernama Kanistri dan Kaniraras. Berkat pertolongan Manumanasa, kedua bidadari tersebut telah terbebas dari kutukan yang mereka jalani. Kanistri kemudian menjadi istri Semar, dan biasa dipanggil dengan sebutan Kanastren. Sementara itu, Kaniraras menjadi istri Manumanasa, dan namanya diganti menjadi Retnawati, karena kakak perempuan Manumanasa juga bernama Kaniraras. Pasangan Panakawan / Punokawan Dalam pewayangan Jawa Tengah, Semar selalu disertai oleh anak-anaknya, yaitu Gareng, Petruk, dan Bagong. Namun sesungguhnya ketiganya bukan anak kandung Semar. Gareng adalah putra seorang pendeta yang mengalami kutukan dan terbebas oleh Semar. Petruk adalah putra seorang raja bangsa Gandharwa. Sementara Bagong tercipta dari bayangan Semar berkat sabda sakti Resi Manumanasa. Dalam pewayangan Sunda, urutan anak-anak Semar adalah Cepot, Dawala, dan Gareng. Sementara itu, dalam pewayangan Jawa Timuran, Semar hanya didampingi satu orang anak saja, bernama Bagong, yang juga memiliki seorang anak bernama Besut. Bentuk Fisik Semar memiliki bentuk fisik yang sangat unik, seolah-olah ia merupakan simbol penggambaran jagad raya. Tubuhnya yang bulat merupakan simbol dari bumi, tempat tinggal umat manusia dan makhluk lainnya. Semar selalu tersenyum, tapi bermata sembab. Penggambaran ini sebagai simbol suka dan duka. Wajahnya tua tapi potongan rambutnya bergaya kuncung seperti anak kecil, sebagai simbol tua dan muda. Ia berkelamin laki-laki, tapi memiliki payudara seperti perempuan, sebagai simbol pria dan wanita. Ia penjelmaan dewa tetapi hidup sebagai rakyat jelata, sebagai simbol atasan dan bawahan. Keistimewaan Semar Semar merupakan tokoh pewayangan ciptaan pujangga lokal. Meskipun statusnya hanya sebagai abdi, namun keluhurannya sejajar dengan Prabu Kresna dalam kisah Mahabharata. Jika dalam perang Baratayuda menurut versi aslinya, penasihat pihak Pandawa hanya Kresna seorang, maka dalam pewayangan, jumlahnya ditambah menjadi dua, dan yang satunya adalah Semar. Semar dalam karya sastra hanya ditampilkan sebagai pengasuh keturunan Resi Manumanasa, terutama para Pandawa yang merupakan tokoh utama kisah Mahabharata. Namun dalam pementasan wayang yang bertemakan Ramayana, para dalang juga biasa menampilkan Semar sebagai pengasuh keluarga Sri Rama ataupun Sugriwa. Seolah-olah Semar selalu muncul dalam setiap pementasan wayang, tidak peduli apapun judul yang sedang dikisahkan. Dalam pewayangan, Semar bertindak sebagai pengasuh golongan kesatria, sedangkan Togog sebagai pengasuh kaum raksasa. Dapat dipastikan anak asuh Semar selalu dapat mengalahkan anak asuh Togog. Hal ini sesungguhnya merupakan simbol belaka. Semar merupakan gambaran perpaduan rakyat kecil sekaligus dewa kahyangan. Jadi, apabila para pemerintah - yang disimbolkan sebagai kaum kesatria asuhan Semar - mendengarkan suara rakyat kecil yang bagaikan suara Tuhan, maka negara yang dipimpinnya pasti menjadi nagara yang unggul dan sentosa. =========== Sosok Semar adalah penggambaran manusia dan Tuhannya, antara penuh kekurangan dengan kesempurnaan. Semar adalah seorang lelaki karena bagian kepalanya menyerupai laki-laki, namun payudara dan pantatnya adalah perempuan. Rambutnya memiliki kuncung layaknya anak-anak, namun tlah memutih seperti orang tua. Bibirnya slalu tersenyum menggambarkan kegembiraan dan kebahagiaan, namun matanya selalu basah oleh tangis kesedihan. Semar adalah kita, yang sering tertawa namun kerap pula menitikan air mata lara, adakalanya bersikap kekanak-kanakan namun kerap pula bertindak bijaksana. Semar adalah kita, yang dalam diri bersemayam kekurangan, cacat dan jauh dari sempurna. Dan bila kita menyadarinya dan berupaya tuk mengurangi kekurangan dan mengedepankan kebaikan maka Allah Yang Maha Sempurna dapat berkenan meyertai jiwa dan raga kita. Berikut adalah beberapa Lakon Wayang
Kamiakan membagikan ulasan semua tentang wayang semar dari sejarah, watak dan sifat semar,. Amal becik ora bisa pisah klawan swarga (jannah). 5 soal tanpa kunci jawaban. Nah, itu adalah rangkuman cerita wayang lahire arjuna yang paling singkat. Jeneng wayang iki arane raden. Gambar wayang kulit, arjuna, semar, pandawa, golek.
Pagi itu, di Desa Karangkabuyutan, Semar terlihat murung dan bingung, terlihat dari raut wajahnya bahwa ia sedang memikirkan sesuatu dan ada yang ia hal itu, Petruk bertanya kepada ramandanya itu, gerangan apa yang sedang terjadi dan yang membuat ayahnya sering menjelaskan bahwa sebenarnya ia tidak apa-apa, ia hanya mencemaskan nasib kerajaan Amarta, ada sesuatu hal yang mengganjal di hatinya tetapi ia tidak bisa lalu meminta Petruk untuk pergi ke Amarta untuk menemui para punggawa Amarta dan menyampaikan bahwa Ia ingin meminjam tiga pusaka Keraton Amarta yaitu Jamus Kalimasada, Payung Kencana dan Tombak untuk membangun itu,Ia juga mengundang Para pandawa untuk segera datang ke Karangkabuyutan. Petruk menerima tugas yang diberikan ayahandanya, dan langsung berangkat menuju negara di Amarta, Prabu Yudhistira, dihadapan para saudara-saudaranya sedang membahas sebab kegagalan mereka dan membangun negaranya, datanglah raja Dwarati, Kresna yang kemudian menanyakan ketidakhadiran Semar dalam keraton Amarta dan menyatakan bahwa itulah yang menjadi kegagalan karena itu, Kresna memerintahkan Arjuna untuk memanggil Semar dari Karangkabuyutan untuk menghadap ke belum Arjuna beranjak dari tempat duduknya, datanglah Petruk menghadap dan memberitahukan bahwa ia diperintahkan Semar untuk mengundang kelima Pandawa untuk menuju Karangkabuyutan dengan membawa tiga pusaka kerajaan untuk membantu Semar mbangun membangun hal itu, Kresna langsung melarang Para Pandawa untuk berangkat ke Karangbuyutan, karena ia menganggap bahwa rencana Semar itu bertentangan dengan kodrat Semar yang diturunkan ke dunia. Terjadilah perdebatan antara Kresna dengan menolak untuk kembali ke karangkabuyutan , dia hanya akan kembali apabila mendapat titah dai Pandawa. Yudhistira pun akhirnya menyuruh Petruk untuk menunggu di luar paseban untuk menanti keputusan rapat para akhirnya menuruti perintah Yudistira, di luar paseban, Petruk bertemu dengan Antasena, putra Bima. Petruk menceritakan semua kejadian yang ada di dalam paseban tadi, Antasena yang memiliki watak bijaksana dan tahu bahwa yang akan dilakukan Semar itu adalah benar, maka ia berjanji akan membantu Petruk menghadapi tindakan kemudian mengajak Arjuna pergi ke kahyangan Suralaya untuk melapor kepada Batara Guru, dan memerintahkan Gatotkaca, Antareja dan Setyaki mengusir Petruk kembali agar ke Prabu Yudhistira bersama Bima, Nakula dan Sadewa, merasa bimbang. Sadewa, kemudian memberi usul agar mereka bersemedi di depan tempat penyimpanan pusaka kerajaan untuk meminta petunjuk Yang Maha pusaka itu tetap berada di tempatnya setelah mereka bersemedi berarti Kresna lah yang benar, namun apabila pusaka itu jengkar dari tempatnya setelah mereka bersemedi maka Semar lah yang kemudian menuju ke tempat pusaka Kraton untuk bersemedi mencari petunjuk. Dan ternyata ketiga pusaka kraton Amarta melesat hilang menuju kejadian itu, akhirnya keempat bersaudara ini segera menyadari dan diam-diam berangkat ke Karangbuyutan melalui pintu belakang tanpa sepengatuhuan Antareja dan Setyaki yang diperintahkan Kresna mengusir Petruk ternyata tidak mampu menghadapi Petruk yang telah bersatu dengan Antasena di dalam baru mau kembali ke Karangkabuyutan, setelah Arjuna memerintahkannya. Ia terbang ke Karangkabuyutan dibantu Antasena bersama, Gatotkaca, Antareja dan tiba di Suralaya dan menghadap Bathara Guru, ia melaporkan rencana Semar yang ingin membangun kahyangan menyaingi Suralaya. Mendengar laporan itu, Bathara Guru langsung memerintahlan Betari Durga dan Kresna untuk menghalangi rencana Semar di Karangkabuyutan, Semar menerima kedatangan Prabu Yudhistira, Bima, Nakula dan Sadewa bersama ketiga pusaka Kraton Amarta yang telah tiba lebih dulu bersama Petruk dan putera-putera Pandawa. Sebenarnya Semar sedikit kecewa karena kedatangan Pandawa hanya empat orang. Namun, semar segera melakukan upacara ritual dengan memasukkan keempat bersaudara tersebut menjadi satu ke dalam tubuh di dalam tubuh Semar bersemayam Sanghyang Wenang yang memberikan petunjuk wejangan hidup dan ilmu yang sangat berarti bagi para Pandawa, dan memerintahkan mereka untuk bertapa selama sepuluh hari .Sementara para putera Pandawa bersama Petruk, Bagong dan Gareng yang bertugas menjaga diganggu oleh makhluk halus Maling Sukma, namun Semar segera memberikan mantra untuk menghadapi segala kejahatan yang yang ditugaskan Bathara Guru untuk menghalangi rencana Semar Membangung Kahyangan menyamar menjadi Raksasa sebesar ia tidak mampu menghadapi mantra yang diberikan Semar, begitu pula dengan Arjuna yang menyamar menjadi harimau yang sangat besar. Ia menjadi lemas dan tertangkap oleh para putera Pandawa dan meminta ampun kepada pun tidak luput dari kemarahan Semar, karena sebagai raja ia tidak waspada dan melakukan tindakan tanpa memeriksa terlebih dahulu apa duduk Semar pun marah kepada Bathara Guru dan berangkat ke Suralaya. Semar mengobrak-abrik kahyangan Suralaya, tidak ada satupun senjata yang memapu melumpuhkan Semar, sehingga Bathara Guru melarikan diri ke Karangkabuyutan, namun kemarahan Semar tidak bisa dihindari, dimanapun Bathara Guru bersembunyi pasti berhasil ia temukan. Hingga akhirnya Bathara Guru meminta perlindungan para Pandawa dan meminta ampun kepada kemarahan Semar sudah mereda, akhirnya Bathara Guru diampuni, dan kembalilah beliau ke kahyangan
Ceritawayang asal usul semar bahasa jawa - Jero naskah serat kanda dikisahke, panguwasa kahyangan nduwe jeneng sanghyang nurrasa nduweni loro wong putra nduwe jeneng sanghyang tunggal lan sanghyang wenang. Amarga sanghyang tunggal nduwe rai ala, mula takhta kahyangan pun diwariske marang sanghyang wenang.
Wayang merupakan salah satu kebudayaan di tanah Jawa yang menyajikan gambaran komprehensif tentang corak kebudayaan Jawa. Kisah wayang pada dasarnya mengambil cerita dari Mahabharata dan Ramayana yang berasal dari India. Namun, berbeda dengan kisah wayang di Jawa. Kisah wayang di Jawa telah mengalami perpaduan akulturasi budaya Islam dengan budaya Jawa yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga. Sehingga muncullah penambahan tokoh untuk menjembatani kisah Mahabharata Pandawa dan Ramayana Pancawati yaitu tokoh Semar dan anak-anaknya yang biasa disebut sebagai Punakawan Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong Rifqi 2017. Semar, baik tokoh dan pertunjukannya merupakan kisah khas dari wayang Jawa, sehingga kisah Semar tidak akan ditemui dalam epos-epos India asli. Kisah Semar digunakan oleh Sunan Kalijaga sebagai pengantar cerita Pandawa dalam siklus Mahabharata, Sumantri dalam siklus Sarabahu, dan Hanoman dalam cerita Ramayana Laksono1985. Mitos Manikmaya merupakan sejarah munculnya dari tokoh Semar. Pada mulanya Sang Hyang Wisesa menemukan sesuatu yang tergantung di angkasa, berupa sebutir telur. Segera telur itu diambil dan diletakkan diatas telapak tangan, sehingga terciptalah menjadi 3 unsur. Unsur pertama menjadi bumi dan langit, unsur kedua menjadi teja dan cahaya, dan unsur ketiga menjadi Manik Bathara Guru dan Maya Bathara Semar Suhardi1996. Ketiga unsur tersebut merupakan eksistensi pokok alam bumi dan langit, cahaya, dan manusia. Manik dan Maya merupakan satu kesatuan, Maya Bethara Semar adalah wujud lahir dari Sang Hyang Wisesa yang tinggal di dunia manusia, sedangkan Manik Bethara Guru adalah wujud batin dari Sang Hyang Wisesa yang tinggal berbeda dengan dunia manusia. Tokoh Semar digambarkan dalam kisah pewayangan dengan serba kesamaran atau ambigu, dari namanya sendiri Semar berasal dari kata sengsem dan samar yang artinya cinta akan hal-hal yang samar atau gaib, dari segi fisik Semar seperti laki-laki, namun memiliki wajah dan hidung yang mempesona bagai perempuan. Semar digambarkan sebagai penguasa kayangan, tetapi juga sebagai abdi dari Pandawa. Sifat ambigu Semar juga tercermin dalam setiap permunculannya. Semar selalu muncul dalam setiap pementasan wayang, tidak peduli apa pun judul atau lakon yang sedang dikisahkan. Semar dan Punakawan selalu muncul pada setiap klimaks atau dalam perwayangan disebut sebagai gara-gara, dibarengi dengan tokoh ksatria Pandawa. Semar diciptakan dalam kisah pewayangan sebagai simbolisasi nilai-nilai ideal yang menjadi pandangan hidup bagi masyarakat Jawa. Berikut beberapa tokoh Semar yang dikaitkan dengan pandangan hidup masyarakat Jawa. Semar ke Dunia Mampir Ngombe Seperti yang telah dijelaskan bahwa pada hakikatnya Semar adalah satu kesatuan dengan Bathara Guru dan Sang Hyang Wisesa. Turunnya Semar ke dunia manusia merupakan suatu simbolisasi dari suatu pandangan bahwa hal itu dilakukan untuk sementara. Dunia manusia adalah dunia yang semu, samar. Sebab pada akhirnya hakikat dari hidup yang sesungguhnya kembali pada kehidupan semula menuju yang tunggal. Oleh karena itu turunnya Semar menuju dunia manusia yang serba sementara ini diibaratkan dengan mampir minum ngombe. Dharmahita Pengabdian Tokoh Semar dalam cerita pewayangan yang digambarkan sebaga dewa Bethara Ismaya atau Semar, namun dalam kiprahnya di dunia Semar menjadi abdi atau pelayan dari Pandawa. Dalam pandangan masyarakat Jawa, hal tersebut memiliki sebuah nilai bahwa; meskipun memiliki jabatan yang tinggi manusia hendaknya memiliki kerendahan hati, menampilkan diri dengan bergaul, pengabdian dan merakyat Dharmahita. Urip Samadya Hidup Sederhana Tokoh Semar yang merupakan sesosok dewa namun menjadi abdi juga mencerminkan satu nilai lainnya yaitu tentang hidup sederhana dan tidak terlalu ambisius. Seperti yang masyarakat Jawa terapkan bahwa sejak kecil masyarakat Jawa sudah diberi petuah atau wejangan oleh orang tuanyauntuk tetap hidup sederhana, jangan memiliki angan-angan terlalu tinggi dan tetap memperhatikan lingkungan sekitar. Secukupnya saja dalam menikmati hidup, karena dalam kehidupan manusia itu seperti roda yang berputar. Sehingga kita tetap memiliki batasan dalam melakukan segala hal, jika tidak memiliki batasan, dan terlalu ambisius ditakutkan kedepannya nanti akan menimbulkan masalah bagi dirinya maupun orang di sekitarnya. Maka dari itu kita harus hidup sederhana Urip Samadya. Alus Ing Pambudi Berlaku santun dan Berbudi Halus Semar yang digambarkan sebagai tokoh laki-laki, namun memiliki fisik dan sifat perempuan. Mencerminkan bahwa orang dalam tindak tanduknya dan dimanapun berada harus sopan santun, berbudi halus, lemah lembut bagai seorang perempuan, memandang dengan tidak melangak yaitu tidak memandang seperti menantang orang lain. Maka dari itu Semar dianugerahi sifat seperti seorang perempuan. Yang bagi masyarakat Jawa sifat yang halus adalah sifat yang ada pada perempuan. Sikap Masyarakat Jawa yang Samar-samar antara Inggih iya dan Mboten tidak Semar yang berasal dari kata samar, juga melekat pada sifat masyarakat Jawa. Sifat samar seperti itu dilakukan untuk menghindari konflik, dan menjaga harmoni. Maka dari itu masyarakat Jawa biasanya akan berucap inggih meskipun pada dasarnya mboten, sehingga muncullah suatu ungkpan “inggah-inggih ora kepanggih” yang artinya berucap iya, namun tidak dilaksanakan Soehadha 2014. Dalam segi penolakan masyarakat Jawa biasanya tidak mau langsung berkata “Tidak”, tetapi melalui sebuah simbol senyuman halus yang dilemparkan kepada lawan bicaranya dengan maksud menghormati, tidak mengecewakan, dan tidak menyakiti pihak yang ditolak tawaran atau permintaannya tersebut. Editor Sukma Wahyuni _ _ _ _ _ _ _ _ _ Catatan Tulisan ini murni opini penulis, redaksi tidak bertanggung jawab terhadap konten dan gagasan. Saran dan kritik silakan hubungi [email protected] Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! Selain apresiasi kepada penulis, komentar dan reaksi Anda juga menjadi semangat bagi Tim Redaksi 🙂 Silakan bagi share ke media sosial Anda, jika Anda setuju artikel ini bermanfaat! Jika Anda ingin menerbitkan tulisan di silakan kirim naskah Anda dengan bergabung menjadi anggota di Baca panduannya di sini! Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook di sini! [zombify_post]
Artikelbahasa jawa kesenian wayang kulit - Sejarah asal usul kesenian wayang kulit, nek ditelusuri ora bakal ucul saka sejarah wayang kuwi dhewe. Wayang dhewe asale saka siji ukara sing muni "Ma Hyang", artine mlaku nuju Sing Maha Dhuwur (neng kene bisa diartekne dadi roh, Tuhan, utawa Dewa).
Umumnya masyarakat mengenal bahwa Semar adalah putra Sang Hyang Wisesa yang mana memiliki anugerah Mustika Manik Astagina dan delapan daya. Delapan daya itu adalah tidak pernah mengantuk, tidak pernah lapar, tak pernah jatuh cinta, tak pernah sedih, tak pernah capek, tak pernah sakit, tak pernah kepanasan, dan tak tak pernah kedinginan.
Arjunasengaja ngalah demi Ibune, lan pengin supaya atine Karna bisa luluh. weruhan kuwi Kurawa ngguyu cekakakan amerga Arjuna kalah. Nanging perang iku tetep sida, tan saya panas. Wektu peperangan kalakon hebate ana keanehan loro ksatria sing pinter manah iku padha-padha ngetokake akeh anak panah nanging ora enek siji wae sing kena.
. 461 18 151 475 142 198 4 254
cerita wayang bahasa jawa semar singkat